MAKALAH PERANAN TERNAK sebagai SUMBER PANGAN HEWANI
Disusun
oleh :
Nama
: Nurrotul Riza H
Nim
: 23010213060012
PRODI DIII MANAJEMEN USAHA PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat
rahmat serta hidayahnya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
Peternakan Umum dengan judul Peran Ternak sebagai Sumber Pangan Hewani dengan
baik, meskipun masih ada banyak kekurangannya.
Tujuan Penulis menyusun makalah
dengan judul Peran Ternak sebagai Sumber Pangan Hewani adalah sebagai syarat
dan tugas Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah Peternakan Umum.
Penulis mengucapkan banyak terima
kasih atas bimbingan Bapak IR. Warsono Sarengat .Ms sehingga Penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul Peran Ternak sebagai Sumber Pangan Hewani.
Penulis telah berusaha semaksimal
mungkin sesuai kemampuan yang Penulis miliki, saran serta kritik Pembaca yang
bersifat membangun sangat Penulis harapkan.
Semarang,
Oktober 2013
Penulis
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan pangan adalah tujuan utama makhluk hidup terutama
manusia unuk melangsungkan hidupnya. Untuk itu manusia memerlukan pangan hewani
(daging,susu,dan telur) sebagai sumber protein untuk meningkatkan kecerdasan,
menjaga stamina, mempercepat regenerasi sel, dan menjaga sel darah merah
(eritrosit) agar tidak mudah pecah. Walaupun masyarakat kini menyadari betapa
pentingnya sumber protein, tetapi tingkat konsumsinya sendiri masih sangat
sedikit sekali. Begitu juga dengan konsumsi susu di Indonesia yang masih rendah
yakni sekitar 7 kg/kapita/tahun. Konsumsi daging unggas penduduk Indonesia hanya
3,5 kg/kapita/tahun. Pengamat pangan menduga konsumsi daging diseluruh dunia
akan meningkat dari 234 juta ton (tahun 2000) menjadi 300 juta ton (tahun
2020). Konsumsi susu meningkat dari 568 juta ton (tahun 2000) menjadi 700 juta
ton pada tahun 2020 nanti. Sedangkat untuk konsumsi telur diperkirakan mencapai
55 juta ton. Hal ini disebabkan karena meningkatnya penduduk di dunia,
meningkatnya kesadaran gizi, dan meningkatnya kesejahteraan. Konsumsi protein
hewani yang rendah akan berdampak pada tingkat kecerdasan dan kualitas hidup
masyarakat.
Penduduk didunia saat ini sekitar lebih dari 1,7 milyar dan
diperkirakan akan meningkat sebanayk 76 juta setiap tahunnya. Dari jumlah
penduduk tersebut sekitar 5,4 milyar (84%) diantaranya berdomisili di
Negara-negara berkembang yang rata-rata tingkat konsumsi protein hewaninya relative
rendah. Indonesia termasuk dalam Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk
sekitar 237 juta jiwa dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% pertahun serta meningkatnya pendapatan
perkapita sekitar 3% pertahun. Dengan jumlah penduduk yang besar tersebut
diperkiran tingkat konsumsi protein hewani akan meningkat ditahun mendatang.
Meningkatnya kesejahteraan serta kesadaran penduduk akan pentingnya protein
hewani ikut mendorong tingkat permintaan terhadap pangan hewani.
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar
se-Asia Tenggara, jumlah penduduknya kurang lebih 220 juta jiwa, dengan laju
pertumbuhan rata-rata 1,5% per tahun merupakan negara yang mempunyai beraneka
ragam kekayaan alam. Kekayaan alam tersebut bukan hanya terdapat pada sektor
kekayaan alam migas seperti minyak bumi dan bahan tambang saja, namun juga
kekayaan alam non-migas seperti tersedianya lahan pertanian yang cukup luas.
Namun semua itu ternyata belum cukup untuk memberikan solusi atas permasalahan
yang ada, permasalahan seperti kurang memadainya kebutuhan pangan, jika
kekayaan tersebut tidak diberdayakan secara optimal dan dilandaskan oleh aturan
dan kebijakan yang mendukung didalamnya.
Salah satu permasalahan yang paling crusial adalah pemenuhan kebutuhan pangan, terutama kebutuhan protein hewani. Pemenuhan kebutuhan pangan ini sangat erat hubungannya dengan sektor pertanian dalam arti yang luas, sehingga tidak heran jika pertanian menjadi bagian penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Salah satu sektor dari pertanian tersebut adalah sub sektor peternakan.
Salah satu permasalahan yang paling crusial adalah pemenuhan kebutuhan pangan, terutama kebutuhan protein hewani. Pemenuhan kebutuhan pangan ini sangat erat hubungannya dengan sektor pertanian dalam arti yang luas, sehingga tidak heran jika pertanian menjadi bagian penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Salah satu sektor dari pertanian tersebut adalah sub sektor peternakan.
B. Manfaat dan Tujuan Makalah
Manfaat dari makalah ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar peran ternak terhadap pemenuhan pangan hewani serta pemenuhan gizi
bagi manusia. Tujuan dari penilusan makalah ini adalah sebagai syarat dan tugas
Ujian Tengah Semester (UTS).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Tantangan Sektor Peternakan di Era
Globalisasi
Era
globalisasi perdagangan yang merupakan pemberlakuannya perdagangan bebas antar
negara menjadi tantangan baru dalam pembangunan peternakan, disamping sederetan
persoalan peternakan yang melanda negara ini. Dalam globalisasi perdagangan,
produksi peternakan dalam negeri harus mampu bersaing dengan produksi
peternakan dari berbagai negara. Sehingga dapat dibayangkan betapa ketatnya
persaingan antar produksi dalam mencari pangsa pasar (market segmention).
Bahkan anekdot siapa yang kuat pasti dapat; seperti halnya hukum rimba,
merupakan keniscayaan yang suka atau tidak suka akan dihadapi oleh pelaku
industri peternakan bangsa ini.
Persaingan
mendapatkan bahan baku produksi dan lahan peternakan juga merupakan
permasalahan yang harus mendapat perhatian serius dari pemerintah dan pelaku
peternakan dalam memajukan peternakan nasional di era globalisasi perdagangan.
Belum lagi masalah penyakit ternak atau hewan menular lainnya.
B. Peran Sektor Peternakan
Produk
ternak hewani merupakan bahan pangan yang sangat penting bagi manusia, di
Indonesia selain bahan pangan pokok (beras) produk ternak digunakan sebagai
lauk dalam sajian makan sehari-hari, bahan pangan hewani merupakan sumber
protein penting (selain protein nabati) yang sangat berperan dalam pemenuhan
gizi manusia. Produk pangan hewani umumnya berupa daging, susu, telur dan ikan
yang sangat kaya protein. Protein ini juga sangat kaya asam amino esensial yang
sangat sesuai dengan kebutuhan manusia. Produk hewani mempunyai peran yang
sangat penting, hal ini berkaitan pada asupan kalori-protein yang rendah pada
anak balita menyebabkan terganggunya pertumbuhan,meningkatnya resiko
terkena penyakit, mempengaruhi perkembangan mental, menurunkan performs mereka
di sekolah dan menurunkan prokduktivitas tenaga kerja setelah dewasa.
Kasus malnutrisi yang sangat parah pada usia balita dapat menyebabkan bangsa
ini mengalami loos generation. Akibatnya adalah rendahnya daya saing SDM bangsa
ini dalam percaturan global antar bangsa.
Hampir
diseluruh daerah di Indonesia kita temukan peternakan, baik peternakan yang
berskala kecil maupun peternakan yang berskala besar. Bahkan menurut menteri
pertanian (Mentan) Anton Apriyantono sub sektor peternakan telah menjadi salah
satu sumber pertumbuhan yang tinggi disektor pertanian. Sejak tahun 2003 sub
sektor ini telah mampu bangkit dari terpaan krisis tahun 1998-1999. level
produksi seluruh komoditas peternakan sudah melampaui level tertinggi periode
sebelum krisis. Kemampuan peternakan untuk eksis dalam menghadapi badai
krisis ekonomi ini dapat pula dilihat pada tahun 2000-2003, laju peningkatan
produksi ayam broiler dan petelur berturut-turut mencapai 23,4 dan 10,27 persen
pertahun, padahal saat krisis ekonomi pernah mengalami penurunan yang sangat
tajam, yaitu masing-masing 28,23 dan 8,92 persen per tahun. Bahkan peternakan
mampu membuka lapangan pekerjaan kepada 2,54 juta masyarakat Indonesia yang
bekerja disektor ini, yang tersebar baik di pedesaan maupun di perkotaan.
Sehingga sektor ini diharapkan dapat menekan angka kemiskinan yang menurut
Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin di Indonesia pada medio
tahun 2006 saja mencapai 3,95 juta orang.
Daging
adalah salah satu jenis hasil produk ternak yang hampir tidak bisa dipisahkan
dari kehidupan manusia. Sebagai bahan pangan, daging merupakan sumber protein
hewani dengan kandungan gizi yang cukup lengkap. Dengan meluasnya konsumsi
daging, telah banyak bentuk hasil olahan yang berasal dari daging seperti
daging sosis, dendeng, abon, kornet dan daging sapi asap serta lain-lain
C.
Manfaat protein hewani
Studi Monckeberg (1971) dalam Rusfidra (2005c) menunjukkan
adanya hubungan tingkat konsumsi protein hewani pada anak usia pra-sekolah.
Konsumsi protein hewani yang rendah pada anak usia prasekolah dapat
mengakibatkan anak-anak berbakat normal menjadi sub-normal atau bahkan
defisien. Peningkatan konsumsi protein hewani dapat mengurangi frekuensi
kejadian defisiensi mental. Ironisnya mereka pada umumnya berasal dari keluarga
tidak mampu (miskin).
Selain untuk kecerdasan, protein hewani dibutuhkan untuk daya tahan tubuh. Shiraki et al. (1972) dalam Rusfidra (2005c) membuktikan peranan protein hewani dalam mencegah terjadinya anemia pada orang yang menggunakan otot untuk bekerja keras. Gejala anemia tersebut dikenal dengan istilah “sport anemia”. Penyakit ini dapat dicegah dengan mengkonsumsi protein yang tinggi, dimana sebanyak 50% dari protein yang dikonsumsi harus berasal dari protein hewani.
Selain untuk kecerdasan, protein hewani dibutuhkan untuk daya tahan tubuh. Shiraki et al. (1972) dalam Rusfidra (2005c) membuktikan peranan protein hewani dalam mencegah terjadinya anemia pada orang yang menggunakan otot untuk bekerja keras. Gejala anemia tersebut dikenal dengan istilah “sport anemia”. Penyakit ini dapat dicegah dengan mengkonsumsi protein yang tinggi, dimana sebanyak 50% dari protein yang dikonsumsi harus berasal dari protein hewani.
Protein hewani diduga berperan terhadap daya tahan eritrosit
(sel darah merah) sehingga tidak mudah pecah. Protein hewani juga berperan dalam
mempercepat regenerasi sel darah merah.
Protein hewani memiliki komposisi asam amino yang lengkap
dan dibutuhkan tubuh. Nilai hayati protein hewani relatif tinggi. Nilai hayati
menggambarkan berapa banyak nitrogen (N) dari suatu protein dalam pangan yang
dimanfaatkan oleh tubuh untuk pembuatan protein tubuh. Semakin tinggi nilai
hayati protein suatu bahan pangan makin banyak zat N dari protein tersebut yang
dapat dimanfaatkan untuk pembentukan protein tubuh. Hampir semua pangan asal
ternak mempunyai nilai hayati 80 ke atas. Telur memiliki nilai hayati tertinggi
yakni 94-100 (Hardjosworo, 1987 dalam Rusfidra, 2005d).
Tingkat konsumsi pangan hewani masyarakat indonesia masih dibawah rata-rata kecukupan gizi.Konsumsi masyarakat Indonesia kebanyakan lebih mementingkan kekenyangan dari pada kecukupan gizi, mereka makan dengan porsi nasi yang banyak dan lauknya sedikit, hal ini menyebabkan tingkat konsumsi masyarakat indonesia masih dibawah rata-rata kecukupan gizi, padahal di Indonesia produk pangan hewani sangat banyak seperti telur,daging dan susu yang ketiganya tadi mengandung cukup gizi. Konsumsi pangan hewan dibeberapa negara ASEAN juga relatif tinggi, di bandingkan di indonesia yaitu Philippina 18,8 kg/kap/th, Malaysia 22,5 kg/kap/th, Thailand 28,0 kg/kap/th dan Singapura 32 kg/kap/th (Haryono, 2007).
Rendahnya konsumsi pangan hewani di Indonesia membuat beberapa kalangan berusaha untuk meningkatkan gizi di Indonesia. Cara untuk meningkatkan gizi sangat beragam, salah satunya adalah dengan pangan hewani. Seperti yang sudah dibahas diatas pangan hewani banyak mengandung protein yang baik untuk kecerdasan juga baik untuk daya tahan tubuh selain protein pangan hewani juga mengandung beberapa unsur seperti lemak, dan dalam susu ada kalsium yang tentunya sudah mengandung cukup gizi. Gizi sangat mempengaruhi kesehatan, karena banyak orang yang tidak sehat karena kekurangan gizi dan kesehatan merupakan modal utama dalam kehidupan setiap orang, dimanapun dan siapapun pasti membutukan badan yang sehat, baik jasmani maupun rohani guna menopang aktifitas kehidupan sehari-hari.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan uraian tersebut diatas, akhirnya
dapat digaris bawahi beberapa hal sebagai kesimpulan berikut ini. Pertama,
pengadaan produk olahan hasil ternak untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi protein
hewani masyarakat Indonesia masih dihadapkan pada masalah skala peternakan,
salah persepsi, dan ketatnya kompetisi global. Kedua, peluang dan ketatnya
persaingan dalam globalisasi pangan perlu dihadapi dengan pengembangan
produk olahan hasil ternak yang inovatif dan kompetitif, yang sekaligus untuk
menangkal keterjebakan pangan. Ketiga, peningkatan mutu dan keamanan produk
olahan hasil ternak harus terus diupayakan. Pelanggaran terhadap mutu dan
keamanan pangan identik dengan kejahatan dan harus diberi sangsi hukum yang
tegas. Keempat, Hewan ternak sebagai sumber pangan hewani mempunyai beberapa
manfaat yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia antara lain, : untuk
kecerdasan, protein hewani juga dibutuhkan untuk daya tahan tubuh, Protein
hewani diduga berperan terhadap daya tahan eritrosit (sel darah merah) sehingga
tidak mudah pecah, Protein hewani juga berperan dalam mempercepat regenerasi
sel darah merah.
B. Saran
Hewan ternak sebagai sumber pangan
hewani sangat bermanfaat bagi kehidupan kita,sehingga kita harus menjagannya
dengan baik agar dapat dinikmati oleh anak cucu kita kelak. Perlu jaga untuk
meningkatkan mutu hasil ternak di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto. 2007a. Paradigma Baru
Pembangunan Peternakan; membangun peternakan bertumpu pada Ternak Lokal. Bogor:
Cendekia Publishing House.
Rusfidra. 2005c.Mencegah gizi buruk dan mengentaskan
kemiskinan: peternakan skala rumahan. Artikel iptek Harian Pikiran Rakyat. Bandung, 25
Agustus 2005.
Rusfidra.
2005d. Protein hewani dan kecerdasan. Arikel Opini Harian Sinar Harapan.
Jakarta 8 September 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar